Pernah gak kamu niat banget buat bantu lembaga atau yayasan dengan open donasi, tapi ternyata… jumlah donatur malah gak sesuai harapan? Padahal promosi udah jalan, konten udah keren, tapi entah kenapa, donasi gak mengalir seperti yang diharapkan. Bisa jadi masalahnya bukan di promosi, tapi di form donasi itu sendiri.
Percaya atau nggak, form donasi yang terlalu kompleks bisa bikin calon donatur mikir dua kali buat ngisi. Apalagi kalau form-nya lemot, tampilannya berantakan, atau metode pembayarannya ribet. Banyak banget orang akhirnya batal donasi hanya karena form-nya nggak user friendly. Dan sayangnya, ini salah satu kesalahan paling umum yang sering dilakukan banyak lembaga.
Nah, di artikel ini, kami bakal bahas tuntas apa aja kesalahan umum yang sering terjadi saat bikin form donasi online, supaya kamu bisa belajar dari situ dan nggak ngulang kesalahan yang sama. Yuk, kita mulai!
Apa Itu Form Donasi?
Sebelum bahas kesalahan-kesalahannya, kita samain dulu persepsi soal apa itu form donasi.
Form donasi adalah halaman atau bagian khusus di website yang berfungsi buat ngumpulin data dan dana dari calon donatur. Lewat form ini, donatur bisa isi identitas, jumlah donasi, dan pilih metode pembayaran. Bisa dibilang, form donasi itu jantungnya website donasi.
Kalau tampilannya jelas, prosesnya cepat, dan langkah-langkahnya mudah, maka potensi donasi meningkat drastis. Tapi kalau sebaliknya—ribet, loading lama, atau malah bikin bingung—ya sudah, donatur bisa langsung tutup tab sebelum klik “donasi sekarang”.
Makanya, form donasi bukan cuma soal desain cantik. Tapi lebih ke arah pengalaman pengguna (user experience) yang nyaman, jelas, dan efisien.
Kesalahan Umum Saat Membuat Form Donasi Online
Sekarang kita bahas bagian paling penting: kesalahan umum yang sering banget terjadi waktu bikin form donasi online.
1. Terlalu Banyak Field yang Harus Diisi
Kamu pasti pernah ngisi form online yang panjang banget sampai bikin males, kan? Nah, itu juga yang dirasain calon donatur kamu.
Kesalahan paling sering adalah nambah terlalu banyak kolom isian. Misalnya minta nama lengkap, tanggal lahir, alamat lengkap, pekerjaan, nomor telepon rumah, bahkan kadang minta upload KTP. Padahal yang dibutuhkan buat donasi cuma nama, nominal, dan metode pembayaran.
Ingat, donasi itu bukan pendaftaran seminar. Donatur pengen cepat, praktis, dan gak ribet. Semakin panjang form, semakin besar kemungkinan orang batal di tengah jalan. Jadi, pastikan hanya minta data yang benar-benar penting.
2. Kebanyakan Efek dan Animasi
Desain memang penting, tapi bukan berarti harus lebay. Banyak website donasi yang ingin tampil keren dengan animasi bergerak, tombol melayang, efek scroll parallax, dan lain-lain.
Masalahnya, semua efek itu bikin website jadi berat dan lama dimuat. Apalagi kalau calon donatur buka lewat HP dengan koneksi pas-pasan.
Loading yang lama itu pembunuh utama niat donasi. Statistik menunjukkan, tiap detik tambahan waktu loading bisa nurunin konversi secara signifikan. Jadi, mending tampil sederhana tapi cepat, daripada keren tapi bikin frustrasi.
3. Tidak Mobile Friendly
Sekarang, sebagian besar orang buka internet lewat smartphone. Tapi anehnya, masih banyak website donasi yang tampilannya kacau kalau dibuka dari HP. Tulisan tumpang tindih, tombolnya kecil banget, atau form-nya harus digeser ke kanan-kiri buat diisi.
Kalau form-nya susah diakses dari HP, kamu kehilangan banyak peluang donasi. Donatur gak bakal repot-repot buka laptop cuma buat isi form. Mereka pengen bisa donasi langsung dari genggaman.
Jadi, pastikan form kamu responsif dan bisa diakses dengan nyaman di berbagai ukuran layar.
4. Metode Pembayaran Tidak Lengkap
Ini juga kesalahan klasik. Banyak website donasi yang cuma nyediain satu metode pembayaran—biasanya transfer manual ke rekening bank.
Masalahnya, gak semua donatur mau ribet transfer manual, apalagi kalau harus konfirmasi bukti pembayaran. Zaman sekarang orang lebih suka yang praktis: QRIS, e-wallet, virtual account, kartu kredit, atau bahkan donasi via WhatsApp.
Kalau form kamu cuma punya satu opsi, banyak donatur yang akhirnya batal karena gak nemu metode yang mereka mau.
Jadi, tambahkan pilihan pembayaran yang lengkap dan mudah. Integrasikan dengan payment gateway biar transaksi otomatis terverifikasi.
5. Tidak Ada Notifikasi Setelah Donasi
Kamu pasti tahu rasanya ketika udah bayar tapi gak ada kabar, kan? Nah, itu juga yang dirasain donatur kalau setelah donasi mereka gak dapat notifikasi atau konfirmasi.
Notifikasi itu penting, karena jadi bukti bahwa donasi mereka berhasil diterima. Selain itu, notifikasi juga bisa jadi momen untuk ucapin terima kasih dan bikin donatur merasa dihargai.
Kalau website kamu gak punya sistem notifikasi otomatis, bisa-bisa mereka curiga dan kehilangan kepercayaan. Padahal tinggal integrasi aja dengan sistem email atau WhatsApp gateway, semua bisa otomatis.
6. Tidak Ada Indikator Keamanan
Donasi online melibatkan uang, jadi keamanan adalah segalanya. Tapi sayangnya, banyak form donasi yang tampil seadanya tanpa indikator keamanan seperti SSL (https), ikon gembok di browser, atau logo verifikasi.
Buat kamu mungkin hal kecil, tapi buat donatur, itu bisa jadi tanda apakah website kamu bisa dipercaya atau tidak. Mereka gak mau uangnya hilang entah ke mana.
Jadi, pastikan website kamu punya sertifikat keamanan dan tampil profesional. Jangan sampai tampilan form kamu kayak website abal-abal.
7. Desain yang Tidak Konsisten
Banyak lembaga yang lupa bahwa form donasi adalah bagian dari brand mereka. Kadang form-nya tampil dengan warna berbeda, font gak nyambung, atau layout-nya aneh. Akibatnya, donatur merasa “aneh” dan ragu apakah form itu benar-benar resmi dari lembaga kamu.
Desain form harus konsisten dengan tampilan utama website. Gunakan warna, logo, dan gaya yang sama supaya terlihat profesional dan terpercaya.
8. Tidak Ada Cerita atau Konteks Donasi
Donatur bukan cuma pengen ngasih uang, tapi mereka pengen tahu kenapa mereka harus berdonasi. Tapi sayangnya, banyak form donasi yang tampil kering, tanpa konteks atau cerita.
Padahal kalau di awal form ada sedikit penjelasan—misalnya tujuan donasi, siapa penerimanya, dan apa dampaknya—itu bisa banget ningkatin konversi. Orang lebih mudah tersentuh kalau tahu ke mana uangnya akan pergi.
9. Tidak Ada Progress atau Target Donasi
Manusia suka melihat hasil. Ketika ada progress bar atau target yang jelas, donatur jadi lebih termotivasi buat bantu mencapai tujuan.
Kalau form donasi kamu gak punya indikator target, donatur gak tahu seberapa besar bantuan yang dibutuhkan. Akhirnya mereka mikir, “Udah cukup belum ya?” dan akhirnya gak jadi donasi.
Jadi, tambahkan progress donasi biar donatur merasa jadi bagian dari pencapaian bersama.
10. Tidak Ada Tombol Call to Action yang Jelas
Tombol “Donasi Sekarang” harus jadi bintang utama di halaman form. Tapi banyak yang malah nyelipin tombolnya kecil, warnanya samar, atau posisinya di bawah banget.
Donatur harus bisa dengan mudah nemuin tombol aksi. Gunakan warna kontras dan teks yang jelas, misalnya “Donasi Sekarang”, “Bantu Sekarang”, atau “Kirim Donasi”.
Satu detik kebingungan bisa bikin donatur pergi tanpa meninggalkan jejak.
Cara Biar Form Donasi Lebih Efektif
Kalau kamu udah tahu kesalahannya, tinggal dibalik aja jadi panduan bikin form yang efektif.
Buat form yang sederhana, responsif, cepat, dan punya alur jelas. Tambahkan juga elemen kepercayaan seperti logo lembaga, sertifikat keamanan, serta testimoni dari donatur sebelumnya.
Dan yang gak kalah penting: selalu uji coba form kamu. Coba sendiri pakai berbagai perangkat dan metode pembayaran. Kalau kamu ngerasa ribet, kemungkinan besar donatur juga ngerasa sama.
Kenalan dengan Star Donasi
Buat kamu yang pengen form donasinya tampil profesional tanpa pusing urus teknis, kenalin nih—Star Donasi. Ini adalah sistem khusus yang kami kembangkan untuk bikin website donasi yang modern dan gampang digunakan.
Tampilannya clean dan familiar, mirip dengan situs donasi populer seperti Kitabisa, jadi donatur langsung merasa nyaman. Gak cuma soal tampilan, tapi fiturnya juga lengkap banget. Star Donasi bisa diintegrasikan dengan payment gateway supaya donasi langsung masuk otomatis tanpa verifikasi manual. Cocok buat kamu yang mau bikin website donasi.
Selain itu, ada juga integrasi WhatsApp Gateway buat ngirim notifikasi langsung ke donatur setiap kali transaksi berhasil. Jadi kamu gak perlu repot kirim pesan satu-satu. Admin juga bakal dimanjakan dengan dashboard lengkap yang bisa ngatur data donasi, laporan, hingga campaign aktif dengan mudah.
Bahkan kalau kamu mau bantu lembaga lain bikin website donasi juga, Star Donasi punya lisensi agency. Jadi kamu bisa bantu banyak yayasan sekaligus dengan satu sistem yang powerful.
Intinya, dengan Star Donasi, kamu bisa fokus ke misi sosial tanpa dipusingkan hal teknis. Ini solusi praktis buat siapa pun yang serius ingin membangun sistem donasi profesional dan terpercaya.
Itulah berbagai kesalahan yang sering terjadi saat membuat form donasi, dan bagaimana kamu bisa menghindarinya. Dengan form yang sederhana, aman, dan nyaman, kamu bisa bantu lebih banyak orang berdonasi tanpa hambatan. Karena pada akhirnya, tujuan utama kita bukan sekadar mengumpulkan dana, tapi juga menjaga kepercayaan dan kenyamanan setiap donatur yang mau berbagi kebaikan.